ini bukan soal drama. ini soal rasa.
kamu tau? dulu.. dulu sekali disamping aku suka sekali menulis buku diary,, aku juga suka teater..
dan kamu tau peran apakah yang paling aku sukai?
hahahaha..
bukan.. bukan peran tokoh utama atau princess atau juliet bukan..
aku suka memerankan sosok orang gila.
iya. orang gila.
karena dengan menjadi orang gila aku bisa bebas mengekspresikan apapun.
menjadi orang gila bebas mau menangis, tertawa, telanjang, meludah, marah, terserah.. apapun.. tak terbatasi hukum negara maupun agama..
tapi ga se ekstrim itu juga sih pengekspresianku saat menjadi orang gila.
pernah dulu waktu diklat teater di sekolah, aku masih junior waktu itu dan aku di tunjuk senior ku untuk berakting.. mengolah rasa, emosi, dan pilihannya bebas mau berperan jadi apa.
benar saja.. aku langsung memutuskan seketika itu jadi orang gila. apalagi ditunjang dengan atribut diklat ala ala ploncoan macam pake daster kebalik, topi dari besek plasti, muka abis di bedakin dan di pakein lipstik ga rata dan kemana2 bawa kaleng bekas susu yang di tali sama tali rafia dan di iket di kaki kanan ku. jadi semua peserta kalo jalan ya gitu, bunyi berisik kayak gembreng diseret. hahaha
tanpa aba2 aku langsung beraksi. meluapkan segala rasa, meluapkan segala emosi yang tersisa. memarahi pohon. menangis. tertawa terbahak-bahak. lalu menangis lagi. marah lagi. begitu seterusnya sampe senior ku bilang berhenti.
berakting dalam teater bagiku tidak hanya soal pura2 memerankan orang lain atau hewan atau benda tertentu.. tp seni peran itu lebih dari itu. butuh meditasi sebelum melakukannya dan butuh ketenangan yang luar biasa..
memainkan seni peran berarti memainkan rasa, olah gerak, mimik, senandung, vokal, tatapan mata, semuanya. teater itu gabungan semua seni yang ada. tari, musik, bahkan seni rupa yang terfungsikan di dalam tata rias dan kostumnya. dan di dalam teater, olah kata pun sangat menentukan. puisi, prosa dan skenario yang tidak biasa..
dan kamu tau peran apakah yang paling aku sukai?
hahahaha..
bukan.. bukan peran tokoh utama atau princess atau juliet bukan..
aku suka memerankan sosok orang gila.
iya. orang gila.
karena dengan menjadi orang gila aku bisa bebas mengekspresikan apapun.
menjadi orang gila bebas mau menangis, tertawa, telanjang, meludah, marah, terserah.. apapun.. tak terbatasi hukum negara maupun agama..
tapi ga se ekstrim itu juga sih pengekspresianku saat menjadi orang gila.
pernah dulu waktu diklat teater di sekolah, aku masih junior waktu itu dan aku di tunjuk senior ku untuk berakting.. mengolah rasa, emosi, dan pilihannya bebas mau berperan jadi apa.
benar saja.. aku langsung memutuskan seketika itu jadi orang gila. apalagi ditunjang dengan atribut diklat ala ala ploncoan macam pake daster kebalik, topi dari besek plasti, muka abis di bedakin dan di pakein lipstik ga rata dan kemana2 bawa kaleng bekas susu yang di tali sama tali rafia dan di iket di kaki kanan ku. jadi semua peserta kalo jalan ya gitu, bunyi berisik kayak gembreng diseret. hahaha
tanpa aba2 aku langsung beraksi. meluapkan segala rasa, meluapkan segala emosi yang tersisa. memarahi pohon. menangis. tertawa terbahak-bahak. lalu menangis lagi. marah lagi. begitu seterusnya sampe senior ku bilang berhenti.
berakting dalam teater bagiku tidak hanya soal pura2 memerankan orang lain atau hewan atau benda tertentu.. tp seni peran itu lebih dari itu. butuh meditasi sebelum melakukannya dan butuh ketenangan yang luar biasa..
memainkan seni peran berarti memainkan rasa, olah gerak, mimik, senandung, vokal, tatapan mata, semuanya. teater itu gabungan semua seni yang ada. tari, musik, bahkan seni rupa yang terfungsikan di dalam tata rias dan kostumnya. dan di dalam teater, olah kata pun sangat menentukan. puisi, prosa dan skenario yang tidak biasa..
![]() |
ini lagi mau on stage di area monumen PETA. berperan jadi rakyat jelata. |
Komentar
Posting Komentar